Minggu, 19 September 2010

JIWA SOSIAL NIKE ARDILLA


Jiwa Sosial Nike Ardilla Dalam Album Rekaman

Mungkin bagi sebagian besar fans Nike Ardilla, jiwa sosial Nike menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hingga sampai saat ini mereka masih setia menjadikan Nike sebagai sosok idola yang tak tergantikan sampai kapanpun, disamping tentu saja kecantikan, kemerduan suara dan kharisma yang dimilikinya. Banyak cerita mengenai kebaikan hati Nike yang baru terekspose oleh media, justru ketika Nike sudah tiada. Sewaktu Nike masih ada, banyak yang belum tahu kalau Nike mempunyai SLB dan kepedulian yang sangat besar terhadap sesama, terutama pada kaum duafa. Bagi seorang penyanyi profesional, keperdulian kepada sesama bukan hanya diberikan dalam wujud materi secara langsung kepada yang membutuhkan, tetapi juga bisa melalui alunan suara dalam konser-konser kemanusiaan dan rekaman dalam bentuk album yang hasil penjualannya disumbangkan untuk kepentingan kemanusiaan. Nike Ardilla telah melakukan itu semua, bahkan setelah Nike tiadapun, masih bisa beramal dalam bentuk album Dari Hati Untuk Aceh yang ditujukan untuk korban tsunami di akhir tahun 2004. Berikut catatan dua album Nike yang dipersembahkan untuk bantuan kemanusiaan.

I. Untuk Perdamaian Dunia, Album Nuansa Musik Flores

Album ini diproduksi oleh Bintang Dirgahayu dan diedarkan oleh Oxavia Record pada bulan Desember 1992 dalam rangka mengumpulkan dana bagi koban bencana alam Gempa Bumi Flores yang terjadi pada Bulan Desember 1992. Dalam album ini Nike membawakan 1 lagu yaitu lagu : Nuansa Gadis Suci yang merupakan soundtrack film dengan judul yang sama. Dengan memiliki album ini, berarti telah menyumbang dan hasil dari seluruh penjualan kaset ini akan disumbangkan guna meringankan beban bencana alam flores melalui PMI DKI.

II.Dari Hati Untuk Aceh

Satu lagi sebuah album yang dipersembahkan untuk korban tsunami di Aceh berjudul Dari Hati Untuk Aceh. Ada yang unik di album keluaran Musica Studio itu, sebab ada satu lagu milik almarhumah Nike Ardilla berjudul Panggung Sandiwara karya Ian Antono dan Taufiq Ismail. “Kita pakai master yang lama. Bukan hanya untuk lagu Nike saja. Beberapa lagu kita juga pakai master yang lama. Semua ini dilakukan untuk menghemat waktu. Kalau harus rekaman lagi satu persatu akan memakan lebih banyak waktu,” kata pimpinan Musica Studio, Indrawati Widjaya atau kerap disapa Ibu Acin ini saat peluncuran album tersebut di Hard Rock Cafe Jakarta .

Selain Nike, album Dari Hari Untuk Aceh juga melibatkan sejumlah penyanyi tenar lainnya, sebut saja Chrisye (Lilin-lilin Kecil & Badai Pasti Berlalu), The Rollies (Kemarau), Ebiet G. Ade (Untuk KIta Renungkan & Berita Pada Kawan), Peterpan feat Candil ‘Serieus Band’ (Ayah milik Ebiet G. Ade). Masih menurut Ibu Acin, khusus untuk lagu Ayah, Musica tidak menggunakan master lama. Karena lirik lagu tersebut diubah dan dibawakan kembali oleh Peterpan plus Candil.

Ada juga lagu baru ciptaan Base Jam, Bangkitlah Sahabatku. Album ini juga didukung oleh Hetty Koes Endang (Doa) dan Tamara Blenszynski yang menyumbangkan dua puisinya (Doa Berserah dan Setelah Gempa dan Tsunami). Rencananya, hasil dari penjualan album ini akan digunakan untuk pembangunan Perkampungan Seni dan Budaya Aceh di Banda Aceh. Bangunan ini nantinya berfungsi sebagai Museum Sejarah, Perpustakaan, Galeri Budaya dan tempat perkumpulan para seniman di Aceh.

Posted on on July 22nd, 2008 in Jiwa Sosial Nike Ardilla | 1 Comment »
SLB Nike Ardilla Disegel,49 Siswa Terlantar

Nasib 49 siswa sekolah luar biasa kini terkatung-katung, menyusul disegelnya SLB Nike Ardila di Cipamokolan, Kota Bandung, oleh yayasan yang menaunginya. Hubungan yang tidak harmonis antara kepala sekolah, Ade Sehabudin, S.Pd. dengan Ketua Yayasan Sutarjo Natabrata, disinyalir sebagai penyebab penyegelan SLB pada 1 November 2006 itu.

Kegiatan sekolah di Yayasan Pendidikan Wawasan Nusantara SLB Nike Ardila terhenti karena operasionalnya ditutup.
“Sekembalinya siswa setelah libur panjang Lebaran, anak-anak mendapati sekolah yang telah disegel. Pintu gerbang samping dan depan digembok. Sejak saat itu sekolah terpaksa diliburkan hingga waktu yang tidak ditentukan,” kata Ade, Selasa (7/11/2007) .

Saat ini, kegiatan belajar-mengajar di sekolah itu dihentikan. Bahkan, menurut Ade, sejak saat itu sebagian besar guru dan siswa nyaris tidak pernah menginjakkan kakinya di gedung sekolah tersebut. Sementara siswa diperintahkan belajar mandiri di rumah. Sedangkan 18 tenaga guru menunggu kepastian status mereka.

Penyegelan tersebut disayangkan oleh Kepala Subdinas Pendidikan Luar Biasa, Drs. H. N. Hidayat M., M.Pd. Menurut Hidayat, sebaiknya permasalahan antara kepala sekolah dan ketua yayasan diselesaikan secara pribadi agar tidak merembet pada permasalahan sekolah. “Tindakan ketua yayasan yang menyegel sekolah sangat tidak bijaksana. Jika kinerja kepala sekolah dinilai buruk, sebaiknya yang dihukum adalah kepala sekolah. Dengan menyegel sekolah, artinya ketua yayasan juga menghukum siswa yang tidak bersalah,”ujarnya.

Hidayat menilai, ketua yayasan telah memenggal hak siswa untuk mengenyam pendidikan. Padahal, menurut dia, lebih bijaksana seandainya pihak yayasan langsung melimpahkan wewenang siswa dan guru SLB kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

“Kalau begitu kan nasib siswa tidak akan telantar seperti sekarang. Sebagai pihak yang dilimpahi wewenang, Disdik tentu akan mencari solusi untuk sesegera mungkin memetakan siswa di SLB terdekat,” kata Hidayat. Namun, karena belum adanya laporan lebih lanjut tentang perkembangan kasus penyegelan tersebut, Hidayat mengaku, untuk saat ini belum bisa mengambil keputusan tentang nasib siswa dan guru sekolah tersebut. Rencananya, Disdik Jabar baru akan mengadakan mediasi antara kedua pihak yang bertikai setelah 20 November. Hingga berita ini disusun, ketua yayasan, Sutarjo Natabrata belum bisa dikonfirmasi. Baik Ade maupun Hidayat mengaku tidak tahu nomor telefon Sutarjo.



Posted on on July 9th, 2008 in Jiwa Sosial Nike Ardilla | 2 Comments »
Untuk Sekolah Luar Biasa

Nike Ardilla,meskipun nampaknya masih lebih berkiprah pada masalah duniawi,mengingat usianya amat muda serta dipengaruhi lingkungannya yang glamour,namun sesungguhnya patut diacungi jempol. Betapa tidak.Kepopuleran nama yang dalam waktu relatif singkat melambung ,didukung sanjungan para penggemar serta produser yang mengiminginya dengan jaminan materi yang tinggi,namun toh diantara kehidupannya,ia tetap dekat dengan landasan religius sebagai seorang muslimah yang cukup baik.

Menurut keterangan sahabat-sahabat terdekatnya,Nike tetap menjalani ibadah sesuai agama Islam.Di mobilnya ia menyiapkan seperangkat alat sholat,sajaddah,mukena,tasbih,dan kitab Yassin. Perilaku yang terpuji lainnya,adalah sikapnya yang tidak membeda-bedakan antar sesama manusia.Ia bisa saja bergaul dengan tukang becak atau baso,selain dengan anak jendral atau gubernur.

Demikian pun Nike sering membantu atau membagi rezeki yang disapatnya kepada fakir miskin,keluarga ,atau rekan-rekannya yang memerlukan bantuan materi dan sebagainya. Bahkan sering sebagian rezekinya disumbangkan untuk masjid,baik di Bandung,Ciamis,atau pun tempat lain.Meskipun terkadang ia tidak punya uang sama sekali,dan harus mencarinya kepada orang lain yang dirasanya mempunyai hubungan kerja dengan dia.
Tingkahnya yang amat sosial ini terkadang diingatkan kedua orangtuanya,agar jangan terlalu boros.Harus memikirkan masa depan.Namun Nike hanya menjawab tertawa,bahwa rezeki itu akan diperoleh kalau kita ulet berusaha.

SLB Yayasan Wawasan Nusantara

Murid-murid SLB Wawasan Nusantara bagian C,serentak menjawab : “Sayang”, Ketika ditanya apakah mereka sayang Nike?
Tidak banyak yang mengerti kalau Teteh tercinta Nike Ardilla telah meninggal.Hanya empat murid,Asep,Irma,Elsi,dan Eric yang mengetahui hal itu.

“Saya ingat waktu Teteh bawa kue banyak sekali,” kata Asep dengan susah payah.Bocah ini ingat ketika Nike merayakan ulang tahun yang ke-17.Termasuk alunan suara dan belaian sayang Nike pada keningnya,hal yang sering dilakukan Nike,setiap kali mengunjungi sekolah ini. SLB yang berdiri di dekat rumah Nike,memang merupakan obsesinya sejak lama.

“Anak tetangga kami ada yang terbelakang mentalnya,Neng sering memperhatikan anak itu.Nike pun bertanya kepada kerabatnya,tentang dimanakah anak itu kelak sekolah.,dan dijawab bahwa anak itu kelak sekolah di sekolah khusus (SLB). Kata Neng Nike,kalau dia punya duit banyak akan membuat sekolah untuk mereka. “Neng kepingin mereka pintar seperti anak-anak lain,” kata Nike.
Kebetulan uwak Soekarjo,paman Nike guru SLB.Berkat bantuannya,sekolah itu berhasil didirikan Nike.Sekolah dengan 50 siswa ini,berada di bawah Yayasan Pendidikan Wawasan Nusantara,tersebar di tiga tempat.Parakan Saat,Pagarsih,dan Cipedes (Sukajadi),Bandung.

Sepeninggal Nike,sekolah ini bakal terus dikelola oleh keluarga Nike.Kenangan dan kebanggaan Nike akan sekolah ini,tak mungkin lekang oleh kematiannya.Kelak,suatu saat anak-anak yang pendidikannya bagian dari tanggung jawab dan sikap kemanusiaan Nike,akan mengerti bahwa Teteh mereka tercinta telah pergi.
Keceriaan yang diterima siswa di sekolah ini,biar bagaimanapun merupakan kemulyaan dan usaha Nike yang tidak sia-sia.

Sekretaris

Yayasan Wawasan Nusantara didirikan tahun 1990 diketuai oleh Sutarjo,menempatkan Nike sebagai sekretaris,sekaligus sebagai penyandang dana.Nike menyantuni yayasan ini dengan dana rutin perbulan sebesar Rp.500.000,-,belum termasuk berbagai kebutuhan lain. Ia juga membelikan sebidang tanah seharga Rp.100 juta dan biaya pembangunannya sebesar Rp. 20 juta.

SLB yang bernaung di yayasan ini,sampai saat ini (th 1996-an) menampung 80 anak-anak tuna wicara dan tuna grahita,dengan tenanga pengajar sejumlah 22 orang. Kepala sekolah SLB bagian B dan C,mengatakan,bahwa pemikiran Nike sebagai sekretaris yayasan dibuktikannya dengan kesungguhanNike berpesan kepada siswa siswi sekolah tersebut agar rajin belajar dan jangan putus asa,sebab hanya orang-orang yang mau bekerja keraslah yang bisa sukses.

Moerdiono

Sementara itu Mensekneg Mordiono (skrg udah mantan) pada kesempatan pertemuan dengan pengurus ASIRI,menyarankan sebaiknya para musisi dan produser yang menciptakan lagu-lagu yang berhubungan dengan musibah Nike Ardilla,agar memberikan hasil keuntungan dari usaha itu kepada Yayasan Wawasan Nusantara rintisan almarhumah Nike Ardilla. Saran itu sangat diperhatikan oleh mereka,terbukti adanya pernyataan di mass media tulis,Deddy Dores dan rekan-rekannya berjanji akan menyumbangkan karya-karya mereka sebagaimana yang diusulkan Moerdiono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar