Minggu, 19 September 2010

BERATNYA SIKSA KUBUR

BERATNYA SIKSA KUBUR

Al-Faqih berkata bahwa Abu Ja’far meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra. Bahwa orang mukmin itu apabila diletakkan di dalam kuburnya maka kuburnya itu dilapangkan 70 hasta, ditaburi harum-haruman dan ditutup dengan kain sutera. Apabila ia hafal sebagian dari Al-Qur’an maka apa yang dihafalnya itu menerangi seluruh kuburnya, dan apabila ia tidak hafal, maka ia dibuatkan cahaya seperti matahari di dalam kuburnya. Ia bagaikan pengantin baru yang tidur dan tidak dibangunkan kecualioleh isteri yang sangat dicintainya. Kemudian ia bangun dari tidurnya seakan-akan ia belum puas dari tidurnya itu.
Sedangkan orang kafir, maka kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulangnya masuk ke dalam perutnya lantas didatangi berbagai macam ular yang besar sebesar leher unta, dimana ular-ular itu makan dagingnya sehingga tidak tersisa daging pada tulangnya. Kemudian datang kepadanya malaikat yang tuli, bisu dan buta dengan membawa cambuk-cambuk dari besi. Mereka memukulinya dengan cambuk-cambuk itu tanpa mendengar jeritan dan melihatorang itu sehingga tidak akan timbul rasa belas kasihan kepadanya. Disamping itu neraka selalu diperlihatkan kepadanya baik diwaktu pagi maupun diwaktu sore.
Al-Faqih memberikan nasehat, barangsiapa yang ingin selamat dari siksaan kubur, maka ia harus senantiasa mengerjakan empat hal dan menjauhkan diri dari empat hal. Empat hal yang harus selalu dikerjakan itu adalah: shalat, shadaqah membaca Al-Qur’an dan banyak membaca tasbih (subhanallah – pen). Keempat hal ini akan bisa menjadikan kubur itu terang dan lapang. Sedangkan empat hal yang harus ditinggalkan adalah; dusta, khianat, adu domba dan hati-hati dalam masalah kecing. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) : “Bersihkanlah (besucilah) sewaktu kencing, karena kebanyakan siksa kubur itu karena kencing”.
Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Barang siapa yang banyak mengingat kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu taman dari taman-taman sorga. Dan barangsiapa yang lalai kepada kubur maka ia akan mendapatkan kubur itu sebagai salah satu jurang dari jurang-jurang neraka”.
Sahabat Ali karromallahu wajhahu didalam khutbahnya mengatakan: “Wahai hamba Allah ingatlah mati, ingatlah mati karena kamu tidak bisa menghindar darinya. Bila kamu diam, maka ia akan datang menghampirimu; dan bila kamu lari, ia akan mengejarmu. Ia terikat pada ubun-ubunmu. Carilah keselamatan, carilah keselematan. Di belakangmu ada kubur yang selalu mengejar kamu. Ingatlah bahwa kubur itu bisa merupakan salah satu taman dari taman-taman sorga, dan bisa pula merupakan salah satu jurang dari jurang-jurang neraka. Ingatlah bahwa sesungguhnya kubur itu setiap hari berbicara tiga kali dengan perkataan; “aku adalah rumah gelap, aku adalah rumah duka cita, dan aku adalah rumah ulat”. Ingatlah bahwa setelah itu ada suatu hari yang lebih ngeri dimana pada hari itu anak muda langsung beruban, orang tua pingsan, semua orang yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya, semua wanita yang hamil menggugurkan kandungannya, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak, akan tetapi siksaan Allah itu sangat keras. Ingatlah, bahwa setelah itu ada neraka yang panas sekali, sangat curam, perhiasaannya besi, airnya nanah, di dalamnya tidak ada rahmat Allah sama sekali”. (mendengar khutbah ini kaum muslimin menangis tersedu-sedu). Lalu Sayyidina Ali k.w melanjutkan khutbahnya: “Tetapi disamping itu ada sorga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menyelamatkan kita dari siksaan yang pedih dan memasukkan kami dan kamu ke dalam sorga tempat kenikmatan”.
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya) :“Kubur itu adalah pos (tempat pemberhentian) pertama dari pos-pos akhirat. Apabila seseorang selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih mudah daripadanya, dan apabila seseorang tidak selamat dari pos pertama itu maka pos berikutnya lebih berat daripadanya”.
Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Mahmud Al-Maghuli dimana ia berkata: “Sewaktu kami sedang duduk bersama-sama dengan Ibnu Abbas ra, tiba-tiba datanglah sekelompok kaum lalu berrkata: “Kamu berangkat dari rumah dengan maksud untuk menunaikan haji, dan ada seorang teman kami yang ketika sampai di daerah Dzatus Shafah meninggal dunia kemudian kami mengurusnya dan kami menggalikan kubur untuknya. Ketika kami menggali kubur dan membuat liang lahat ternyata liang lahat itu penuh dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu, dan kami menggali lagi di temapt lain. Di tempat yang lain itu pun sama saja, liang lahatnya penih dengan ular. Kemudian kami tinggalkan tempat itu dan menggali lagi kubur untuk yang ketiga kalinya, dan ternyata di tempat itupun liang lahatnya penuh dengan ular. Kemudian kami tingalkan mayat itu dan kami datang kepadamu”. Ibnu Abbas ra berkata: “Itu adalah amal perbuatan yang ia lakukan sendiri. Pergilah dan kuburlah mayat itu di kubur yang mana saja. Demi Allah, seandainya kamu menggali seluruh bumi niscaya kamu kamu akan selalu menjumpai ular di dalamnya. Beritakanlah hal ini kepada kaumnya”. Abdul Hamid berkata: “Kemudian kami pergi dan mengubur mayat itu pada salah satu diantara ketiga kuburnyang kami galiitu. Ketika kami kembali (dari ibadah haji), kami mendatangi keluarganya dengan membawa barang kepunyaannya dan kami bertanya kepada istrinya: “Apa yang biasa dia lakukan waktu hidupnya ?”. Istrinya menjawab: “Ia dulu berjualan bahan makanan yaitu gandum. Setiap hari ia mengambil sebagian dari gandum dagangan itu untuk dimakan, kemudian sebanyak gandum yang dia ambil diganti dengan tangkai gandum yang warnanya serupa lalu ditumbuk dan dicampur dengan nya”.
Amar bin Dfinar berkata: “Ada seorang penduduk Madinah yang mempunyai saudari di ujung kota. Pada saat saudarinya sakit dan ia datang menjenguk saudarinya itu. Setelah sampai disana, saudarinya itu mati dan ia mengurusnya dan ikut menguburnya. Sesudah selali penguburan, ia pulang ke rumahnya lalu teringat bahwa kantong uangnya jatuh sewaktu mengubur saudarinya itu. Ia lalu minta tolong seorang teman untuk menggali kubur dan ia pun menemukan kantong yang jatuh itu. Ia berkata pada temannya: “Pergilah kamu, karena aku ingin melihat apa yang sedang terjadi pada diri saudariku”. Kemudian ia mengangkat penutup liang lahat dan tiba-tiba terlihat bahwa kubur itu menyalakan api. Ia lalu meratakan kembalikubur itu dan cepat-cepat pulang menemui ibunya dan bertanya: “Beritahukan kepadaku apa yang biasa dilakukakan oleh saudariku”. Ibunya menjawab: “Kenapa kamu menanyakan tentang saudarimu, sedangkan dia sudah meninggal dunia?”. Ia berkata lagi : “Tolong bu, beritahukan kepadaku”. :Ibunya menjawab: “Saudarimu itu suka mengakhirkan shalat dan tidak mengerjakan shalat dengan suci yang sempurna. Ia suka datang ke rumah-rumah tetangga dengan menceritakan kepada mereka apa yang ia dengar daengan maksud mengadu domba”. Itulah yang menyebabkan siksaan kubur.
Oleh karena itu, barang siapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka ia harus menjauhkan diri dari adu domba dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya agar bisa selamat dari siksaannya dan dapat dengan mudah menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. (m. muslih albaroni)

PENJELASAN RINCI SUJUD TILAWAH

Penjelasan Rinci Sujud Tilawah
Written by Muhammad Abduh Tuasikal
Thursday, 21 January 2010 07:39

Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim.

Keutamaan Sujud Tilawah

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ – وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى – أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ

“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)

Begitu juga keutamaan sujud tilawah dijelaskan dalam hadits yang membicarakan keutamaan sujud secara umum.

Dalam hadits tentang ru’yatullah (melihat Allah) terdapat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللَّهُ مِنَ الْقَضَاءِ بَيْنَ الْعِبَادِ وَأَرَادَ أَنْ يُخْرِجَ بِرَحْمَتِهِ مَنْ أَرَادَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَمَرَ الْمَلاَئِكَةَ أَنْ يُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا مِمَّنْ أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى أَنْ يَرْحَمَهُ مِمَّنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ. فَيَعْرِفُونَهُمْ فِى النَّارِ يَعْرِفُونَهُمْ بِأَثَرِ السُّجُودِ تَأْكُلُ النَّارُ مِنِ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ أَثَرَ السُّجُودِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ أَنْ تَأْكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ.

“Hingga Allah pun menyelesaikan ketentuan di antara hamba-hamba-Nya, lalu Dia menghendaki dengan rahmat-Nya yaitu siapa saja yang dikehendaki untuk keluar dari neraka. Dia pun memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. Termasuk di antara mereka yang Allah kehendaki adalah orang yang mengucapkan ‘laa ilaha illallah’. Para malaikat tersebut mengenal orang-orang tadi yang berada di neraka melalui bekas sujud mereka. Api akan melahap bagian tubuh anak Adam kecuali bekas sujudnya. Allah mengharamkan bagi neraka untuk melahap bekas sujud tersebut.” (HR. Bukhari no. 7437 dan Muslim no. 182)

Dalam shahih Muslim, An Nawawi menyebutkan sebuah Bab “Keutamaan sujud dan dorongan untuk melakukannya”.

Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia ditanyakan oleh Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy mengenai amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga atau amalan yang paling dicintai di sisi Allah. Tsauban pun terdiam, hingga Ma’dan bertanya sampai ketiga kalinya. Kemudian Tsauban berkata bahwa dia pernah menanyakan hal ini pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab,

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Perbanyaklah sujud kepada Allah. Sesungguhnya jika engkau bersujud sekali saja kepada Allah, dengan itu Allah akan mengangkat satu derajatmu dan juga menghapuskan satu kesalahanmu”.

Ma’dan berkata, “Kemudian aku bertemu Abud Darda, lalu menanyakan hal yang sama kepadanya. Abud Darda’ pun menjawab semisal jawaban Tsauban kepadaku.” (HR. Muslim no.488)

Juga hadits lainnya yang menceritakan keutamaan sujud yaitu hadits Robi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy. Dia menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai amalan yang bisa membuatnya dekat dengan beliau di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

“Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sujud Tilawah Wajib Ataukah Sunnah?

Para ulama sepakat (beijma’) bahwa sujud tilawah adalah amalan yang disyari’atkan. Di antara dalilnya adalah hadits Ibnu ‘Umar:

كَانَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَيَقْرَأُ سُورَةً فِيهَا سَجْدَةٌ فَيَسْجُدُ وَنَسْجُدُ مَعَهُ حَتَّى مَا يَجِدُ بَعْضُنَا مَوْضِعًا لِمَكَانِ جَبْهَتِهِ

“Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian para ulama berselisih pendapat apakah sujud tilawah wajib ataukah sunnah.

Menurut Ats Tsauri, Abu Hanifah, salah satu pendapat Imam Ahmad, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sujud tilawah itu wajib.

Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama yaitu Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i, Al Laitsi, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Daud dan Ibnu Hazm, juga pendapat sahabat Umar bin Al Khattab, Salman, Ibnu ‘Abbas, ‘Imron bin Hushain, mereka berpendapat bahwa sujud tilawah itu sunnah dan bukan wajib.

Dalil ulama yang menyatakan sujud tilawah adalah wajib, yaitu firman Allah Ta’ala,

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ

“Mengapa mereka tidak mau beriman? dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.” (QS. Al Insyiqaq: 20-21).

Para ulama yang mewajibkan sujud tilawah beralasan, dalam ayat ini terdapat perintah dan hukum asal perintah adalah wajib. Dan dalam ayat tersebut juga terdapat celaan bagi orang yang meninggalkan sujud. Namanya celaan tidaklah diberikan kecuali pada orang yang meninggalkan sesuatu yang wajib.

Yang lebih tepat adalah sujud tilawah tidaklah wajib, namun sunnah (dianjurkan). Dalil yang memalingkan dari perintah wajib adalah hadits muttafaqun ‘alaih (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata,

قَرَأْتُ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – ( وَالنَّجْمِ ) فَلَمْ يَسْجُدْ فِيهَا

“Aku pernah membacakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam surat An Najm, (tatkala bertemu pada ayat sajadah dalam surat tersebut) beliau tidak bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bukhari membawakan riwayat ini pada Bab “Siapa yang membaca ayat sajadah, namun tidak bersujud.”

Dalil lain yang memalingkan dari perintah wajib adalah perbuatan Umar bin Khattab dan perbuatan beliau ini tidak diingkari oleh para sahabat lainnya ketika khutbah Jum’at.
Pada hari Jum’at Umar bin Khattab pernah membacakan surat An Nahl hingga sampai pada ayat sajadah, beliau turun untuk sujud dan manusia pun ikut sujud ketika itu. Ketika datang Jum’at berikutnya, beliau pun membaca surat yang sama, tatkala sampai pada ayat sajadah, beliau lantas berkata,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ
“Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak bersujud, dia tidak berdosa.” Kemudian ‘Umar pun tidak bersujud. (HR. Bukhari no. 1077)

Dari sinilah Ibnu Qudamah mengatakan bahwa hukum sujud tilawah itu sunnah (tidak wajib) dan pendapat ini merupakan ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat). (Lihat Al Mughni, 3/96)

Tata Cara Sujud Tilawah

[Pertama]
Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan sekali sujud.

[Kedua]
Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat.

[Ketiga]
Tidak disyari’atkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat- untuk takbiratul ihram dan juga tidak disyari’atkan untuk salam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَسُجُودُ الْقُرْآنِ لَا يُشْرَعُ فِيهِ تَحْرِيمٌ وَلَا تَحْلِيلٌ : هَذَا هُوَ السُّنَّةُ الْمَعْرُوفَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ عَامَّةُ السَّلَفِ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ عَنْ الْأَئِمَّةِ الْمَشْهُورِينَ

“Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyari’atkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’ruf dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/165)

[Keempat]
Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Hal ini berdasarkan keumuman hadits Wa-il bin Hujr, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir. Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika bangkit dari sujud.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, Ath Thoyalisiy. Hasan)

[Kelima]
Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika sujud tilawah ingin dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama belakangan dari Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, dan juga pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Dalil mereka adalah:
إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّداً
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.” (QS. Al Isro’: 107). Kata mereka, yang namanya yakhirru (menyungkur) adalah dari keadaan berdiri.
Namun, jika seseorang melakukan sujud tilawah dari keadaan duduk, maka ini tidaklah mengapa. Bahkan Imam Syafi’i dan murid-muridnya mengatakan bahwa tidak ada dalil yang mensyaratkan bahwa sujud tilawah harus dimulai dari berdiri. Mereka mengatakan pula bahwa lebih baik meninggalkannya. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/449)

Apakah Disyariatkan Sujud Tilawah (Dil Luar Shalat) Dalam Keadaan Suci (Berwudhu)?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam sujud tilawah disyari’atkan untuk berwudhu sebagaimana shalat. Oleh karena itu, para ulama mensyariatkan untuk bersuci (thoharoh) dan menghadap kiblat dalam sujud sahwi sebagaimana berlaku syarat-syarat shalat lainnya.

Namun, ulama lain yaitu Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tidak disyari’atkan untuk thoharoh karena sujud tilawah bukanlah shalat. Namun sujud tilawah adalah ibadah yang berdiri sendiri. Dan diketahui bahwa jenis ibadah tidaklah disyari’atkan thoharoh. Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu ‘Umar, Asy Sya’bi dan Al Bukhari. Pendapat kedua inilah yang lebih tepat.

Dalil dari pendapat kedua di atas adalah hadits dari Ibnu ‘Abbas. Beliau radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ سَجَدَ بِالنَّجْمِ وَسَجَدَ مَعَهُ المُسْلِمُوْنَ وَالمُشْرِكُوْنَ وَالجِنُّ وَالأِنْسُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan sujud tilawah tatkala membaca surat An Najm, lalu kaum muslimin, orang-orang musyrik, jin dan manusia pun ikut sujud.” (HR. Bukhari)

Al Bukhari membawa riwayat di atas pada Bab “Kaum muslimin bersujud bersama orang-orang musyrik, padahal kaum musyrik itu najis dan tidak memiliki wudhu.” Jadi, menurut pendapat Bukhari berdasarkan riwayat di atas, sujud tilawah tidaklah ada syarat berwudhu. Dalam bab tersebut, Al Bukhari juga membawakan riwayat bahwa Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berwudhu dalam keadaan tidak berwudhu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَسُجُودُ الْقُرْآنِ لَا يُشْرَعُ فِيهِ تَحْرِيمٌ وَلَا تَحْلِيلٌ : هَذَا هُوَ السُّنَّةُ الْمَعْرُوفَةُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ عَامَّةُ السَّلَفِ وَهُوَ الْمَنْصُوصُ عَنْ الْأَئِمَّةِ الْمَشْهُورِينَ . وَعَلَى هَذَا فَلَيْسَتْ صَلَاةً فَلَا تُشْتَرَطُ لَهَا شُرُوطُ الصَّلَاةِ بَلْ تَجُوزُ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ . كَمَا كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَسْجُدُ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ ؛ لَكِنْ هِيَ بِشُرُوطِ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُخِلَّ بِذَلِكَ إلَّا لِعُذْرِ

“Sujud tilawah ketika membaca ayat sajadah tidaklah disyari’atkan untuk takbiratul ihram, juga tidak disyari’atkan untuk salam. Inilah ajaran yang sudah ma’ruf dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga dianut oleh para ulama salaf, dan inilah pendapat para imam yang telah masyhur. Oleh karena itu, sujud tilawah tidaklah seperti shalat yang memiliki syarat yaitu disyariatkan untuk bersuci terlebih dahulu. Jadi, sujud tilawah diperbolehkan meski tanpa thoharoh (bersuci). Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Ibnu ‘Umar. Beliau pernah bersujud, namun tanpa thoharoh. Akan tetapi apabila seseorang memenuhi persyaratan sebagaimana shalat, maka itu lebih utama. Jangan sampai seseorang meninggalkan bersuci ketika sujud, kecuali ada udzur.” (Majmu’ Al Fatawa, 23/165)

Asy Syaukani mengatakan,

لَيْسَ فِي أَحَادِيثِ سُجُودِ التِّلَاوَةِ مَا يَدُلُّ عَلَى اعْتِبَارِ أَنْ يَكُونَ السَّاجِدُ مُتَوَضِّئًا وَقَدْ كَانَ يَسْجُدُ مَعَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَضَرَ تِلَاوَتَهُ ، وَلَمْ يُنْقَلْ أَنَّهُ أَمَرَ أَحَدًا مِنْهُمْ بِالْوُضُوءِ ، وَيَبْعُد أَنْ يَكُونُوا جَمِيعًا مُتَوَضِّئِينَ .
وَأَيْضًا قَدْ كَانَ يَسْجُدُ مَعَهُ الْمُشْرِكُونَ كَمَا تَقَدَّمَ وَهُمْ أَنْجَاسٌ لَا يَصِحُّ وُضُوؤُهُمْ .
وَقَدْ رَوَى الْبُخَارِيُّ عَنْ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يَسْجُدُ عَلَى غَيْرِ وُضُوءٍ .

“Tidak ada satu hadits pun tentang sujud tilawah yang menjelaskan bahwa orang yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersujud dan di situ ada orang-orang yang mendengar bacaan beliau, namun tidak ada penjelasan kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan salah satu dari yang mendengar tadi untuk berwudhu. Boleh jadi semua yang melakukan sujud tersebut dalam keadaan berwudhu dan boleh jadi yang melakukan sujud bersama orang musyrik sebagaimana diterangkan dalam hadits yang telah lewat. Padahal orang musyrik adalah orang yang paling najis, yang pasti tidak dalam keadaan berwudhu. Al Bukhari sendiri meriwayatkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar bahwa dia bersujud dalam keadaan tidak berwudhu. ” (Nailul Author, 4/466, Asy Syamilah)

Apakah Sujud Tilawah Mesti Menghadap Kiblat?

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,

وَأَمَّا سَتْرُ الْعَوْرَةِ وَالِاسْتِقْبَالِ مَعَ الْإِمْكَانِ فَقِيلَ : إنَّهُ مُعْتَبَرٌ اتِّفَاقًا .

“Adapun menutup aurat dan menghadap kiblat, maka ada ulama yang mengatakan bahwa hal itu disyariatkan berdasarkan kesepakatan ulama.” (Nailul Author, 4/467, Asy Syamilah)

Namun karena sujud tilawah bukanlah shalat, maka tidak disyari’atkan untuk menghadap kiblat. Akan tetapi, yang lebih utama adalah tetap dalam keadaan menghadap kiblat dan tidak boleh seseorang meninggalkan hal ini kecuali jika ada udzur. Jadi, menghadap kiblat bukanlah syarat untuk melakukan sujud tilawah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/450)

Bagaimana Tata Cara Sujud Tilawah bagi Orang yang Sedang Berjalan atau Berkendaraan?

Siapa saja yang membaca atau mendengar ayat sajadah sedangkan dia dalam keadaan berjalan atau berkendaraan, kemudian ingin melakukan sujud tilawah, maka boleh pada saat itu berisyarat dengan kepalanya ke arah mana saja. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/450 dan lihat pula Al Mughni)

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ سُئِلَ عَنِ السُّجُودِ عَلَى الدَّابَةِ فَقَالَ : اسْجُدْ وَأَوْمِئْ.

Dari Ibnu ‘Umar: Beliau ditanyakan mengenai sujud (tilawah) di atas tunggangan. Beliau mengatakan, “Sujudlah dengan isyarat.” (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

Bacaan Ketika Sujud Tilawah

Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika shalat. Ada beberapa bacaan yang bisa kita baca ketika sujud di antaranya:

(1) Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau membaca:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى
“Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi] (HR. Muslim no. 772)

(2) Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a ketika ruku’ dan sujud:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)

(3) Dari ‘Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sujud membaca:

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Allahumma laka sajadtu, wa bika aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Muslim no. 771)

Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah sebagaimana tersebar di berbagai buku dzikir dan do’a adalah berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya. Bacaan tersebut terdapat dalam hadits berikut:

(1) Dari ‘Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam sujud tilawah di malam hari beberapa kali bacaan:

سَجَدَ وَجْهِى لِلَّذِى خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An Nasa-i)

(2) Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat diriku sendiri di malam hari sedangkan aku tertidur (dalam mimpi). Aku seakan-akan shalat di belakang sebuah pohon. Tatkala itu aku bersujud, kemudian pohon tersebut juga ikut bersujud. Tatkala itu aku mendengar pohon tersebut mengucapkan:

اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِى بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا وَضَعْ عَنِّى بِهَا وِزْرًا وَاجْعَلْهَا لِى عِنْدَكَ ذُخْرًا وَتَقَبَّلْهَا مِنِّى كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ

“Allahummaktub lii bihaa ‘indaka ajron, wa dho’ ‘anniy bihaa wizron, waj’alhaa lii ‘indaka dzukhron, wa taqqobbalhaa minni kamaa taqobbaltahaa min ‘abdika dawuda”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kedua hadits di atas terdapat perselisihan ulama mengenai statusnya.

Untuk hadits pertama dikatakan shahih oleh At Tirmidzi, Al Hakim, An Nawawi, Adz Dzahabi, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Al Albani dan Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali. Sedangkan tambahan “Fatabaarakallahu ahsanul kholiqiin” dishahihkan oleh Al Hakim, Adz Dzahabi dan An Nawawi. Namun sebagian ulama lainnya semacam guru dari penulis Shahih Fiqih Sunnah, gurunya tersebut bernama Syaikh Abi ‘Umair dan menilai bahwa hadits ini lemah (dho’if).

Sedangkan hadits kedua dikatakan hasan oleh At Tirmidzi. Menurut Al Hakim, hadits kedua di atas adalah hadits yang shahih. Adz Dzahabi juga sependapat dengannya. Sedangkan ulama lainnya menganggap bahwa hadits ini memang memiliki syahid (penguat), namun penguat tersebut tidak mengangkat hadits ini dari status dho’if (lemah). Jadi, intinya kedua hadits di atas masih mengalami perselisihan mengenai keshahihannya. Oleh karena itu, bacaan ketika sujud tilawah diperbolehkan dengan bacaan sebagaimana sujud dalam shalat seperti yang kami contohkan di atas.

Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah- mengatakan,

أَمَّا أَنَا فَأَقُولُ سُبْحَانَ رَبِّي الْأَعْلَى

“Adapun (ketika sujud tilawah), maka aku biasa membaca: Subhaana robbiyal a’laa” (Al Mughni, 3/93, Asy Syamilah)

Dan di antara bacaan sujud dalam shalat terdapat pula bacaan “Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin”, sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Ali yang diriwayatkan oleh Muslim.

Ini adalah permasalahan yang masih tanda tanya di benak kami sejak dulu. Bagaimana jika ayat sajadah di akhir surat, bagaimana sujud tilawah yang harus dilakukan? Semoga pembahasan berikut bermanfaat.

Hukum Sujud Tilawah Ditujukan pada Siapa Saja?

[Pertama] Sujud tilawah ditujukan untuk orang yang membaca Al Qur’an dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama, baik ayat sajadah dibaca di dalam shalat ataupun di luar shalat.

[Kedua] Lalu bagaimana untuk orang yang mendengar bacaan Qur’an dan di sana terdapat ayat sajadah? Apakah dia juga dianjurkan sujud tilawah?

Dalam kasus kedua ini terdapat perselisihan di antara para ulama.

Pendapat pertama mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah dianjurkan untuk sujud tilawah, walaupun orang yang membacanya tidak melakukan sujud. Pendapat pertama ini dipilih oleh Imam Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i, dan salah satu pendapat Imam Malik.
Pendapat kedua mengatakan bahwa orang yang mendengar bacaan ayat sajadah ikut bersujud jika dia menyimak bacaan dan jika orang yang membaca ayat sajadah tersebut ikut bersujud. Pendapat kedua ini dipilih oleh Imam Ahmad dan salah satu pendapat Imam Malik. Inilah pendapat yang lebih kuat.

Dalil dari pendapat kedua ini adalah dua hadits shahih berikut:

Hadits Ibnu ‘Umar: “Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ibnu Mas’ud pernah mengatakan pada Tamim bin Hadzlam yang saat itu adalah seorang pemuda (ghulam), -tatkala itu dia membacakan pada Ibnu Mas’ud ayat sajadah-,
اسْجُدْ فَإِنَّكَ إِمَامُنَا فِيهَا
“Bersujudlah karena engkau adalah imam kami dalam sujud tersebut.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari secara mu’allaq). Al Bukhari membawakan hadits Ibnu ‘Umar di atas dan riwayat Ibnu Mas’ud ini pada Bab “Siapa yang sujud karena sujud orang yang membaca Al Qur’an (ayat sajadah).”

Perhatian:
Disyariatkan bagi orang yang mendengar bacaan ayat sajadah kemudian dia ikut bersujud adalah apabila orang yang diikuti termasuk orang yang layak jadi imam. Jadi, apabila orang yang diikuti tadi adalah anak kecil (shobiy) atau wanita, maka orang yang mendengar bacaan ayat sajadah tadi tidak perlu ikut bersujud. Inilah pendapat Qotadah, Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Ishaq. (Lihat Al Mughni, 3/98)

Bolehkah Melakukan Sujud Tilawah di Waktu Terlarang untuk Shalat?

Sujud tilawah boleh dilakukan di waktu terlarang untuk shalat. Alasannya, karena sujud tilawah bukanlah shalat. Sedangkan larangan shalat di waktu terlarang adalah larangan khusus untuk shalat. Inilah pendapat yang lebih kuat di antara pendapat para ulama. Inilah pendapat Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Pendapat ini juga dipilih oleh Ibnu Hazm. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

Bagaimana Ketika Membaca Ayat Sajadah, Luput Dari Sujud Tilawah?

Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah atau mendengarnya langsung bersujud setelah membaca ayat tersebut, walaupun mungkin telat beberapa saat. Namun, apabila sudah lewat waktu yang cukup lama antara membaca ayat dan sujud, maka tidak ada anjuran sujud sahwi karena dia sudah luput dari tempatnya. Inilah pendapat Syafi’iyah dan Hanabilah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 1/452)

Sujud Tilawah Ketika Shalat

Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah dalam shalat baik shalat wajib maupun shalat sunnah agar melakukan sujud tilawah. Inilah pendapat mayoritas ulama. Hal ini dianjurkan pada shalat jama’ah atau sendirian dan shalat siriyah (shalat dengan suara lirih seperti pada shalat zhuhur dan ashar) atau shalat jariyah (shalat dengan suara keras seperti pada shalat maghrib dan isya).

عَنْ أَبِى رَافِعٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ الْعَتَمَةَ فَقَرَأَ ( إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ ) فَسَجَدَ فَقُلْتُ مَا هَذِهِ قَالَ سَجَدْتُ بِهَا خَلْفَ أَبِى الْقَاسِمِ – صلى الله عليه وسلم – فَلاَ أَزَالُ أَسْجُدُ بِهَا حَتَّى أَلْقَاهُ

Dari Abu Rofi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ (shalat ‘atamah) bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rofi’ bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai pada ayat sajadah dalam surat tersebut.” Abu Rofi’ mengatakan, “Aku tidaklah pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku menemukannya saat ini.” (HR. Bukhari no. 768 dan Muslim no. 578)

Namun bagaimana jika shalatnya adalah shalat siriyah semacam shalat zhuhur dan shalat ashar? Pada shalat tersebut, makmum tidak mendengar kalau imam membaca ayat sajadah.

Sebagian ulama Hanabilah mengatakan bahwa imam terlarang untuk membaca ayat sajadah dalam shalat yang tidak dijaherkan suaranya (dikeraskan suaranya). Jika imam tersebut tetap membaca ayat sajadah dalam shalat semacam itu, maka tidak perlu ada sujud. Pendapat ini juga adalah pendapat Imam Abu Hanifah. Alasan dari pendapat ini adalah agar tidak membuat kebingungan pada makmum.

Namun ulama Syafi’iyah tidaklah melarang hal ini. Karena tugas makmum hanyalah mengikuti imam. Jadi jika imam melakukan sujud tilawah, maka makmum hanya manut saja dan dia ikut sujud. Alasannya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا

“Sesungguhnya imam itu untuk diikuti. Jika imam bertakbir, maka bertakbirlah. Jika imam sujud, maka bersujudlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu pula apabila seorang makmum tatkala dia berada jauh dari imam sehingga tidak bisa mendengar bacaannya atau makmum tersebut adalah seorang yang tuli, maka dia harus tetap sujud karena mengikuti imam.

Pendapat kedua inilah yang lebih tepat. Inilah pendapat yang juga dipilih oleh Ibnu Qudamah. (Lihat Al Mughni, 3/104)

Terlarang Meloncati Ayat Sajdah Karena Alasan Supaya Tidak Sujud

Ibnu Qudamah mengatakan, “Dimakruhkan melakukan ikhtishorus sujud yaitu melompati ayat sajadah agar tidak bersujud. Yang berpendapat seperti ini adalah Asy Sya’bi, An Nakho’i, Al Hasan, Ishaq. Sedangkan An Nu’man, sahabatnya Muhammad dan Abu Tsaur memberi keringanan dalam hal ini.” Ibnu Qudamah lalu mengatakan,

وَلَنَا أَنَّهُ لَيْسَ بِمَرْوِيٍّ عَنْ السَّلَفِ فِعْلُهُ ، بَلْ كَرَاهَتُهُ

“Menurut kami, tidak ada diriwayatkan dari seorang salaf pun yang melakukan semacam ini (yaitu melompati ayat sajadah agar tidak melakukan sujud tilawah), bahkan mereka (para salaf) memakruhkan hal ini.” (Lihat Al Mughni, 3/103)

Bagaimana Jika Ayat Sajadah Berada Di Akhir Surat?

Surat yang terdapat ayat sajadah di akhir adalah seperti surat An Najm ayat 62 dan surat Al ‘Alaq ayat 19. Maka ada tiga pilihan dalam kasus ini.

[Pilihan pertama] Ketika membaca ayat sajadah lalu melakukan sujud tilawah kemudian setelah itu berdiri kembali dan membaca surat lain kemudian ruku’.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh ‘Umar bin Khaththab. Ketika shalat shubuh, beliau membaca surat Yusuf pada raka’at pertama. Kemudian pada raka’at kedua, beliau membaca surat An Najm (dalam surat An Najm terdapat ayat sajadah, pen), lalu beliau sujud (yaitu sujud tilawah). Setelah itu, beliau bangkit lagi dari sujud kemudian berdiri dan membaca surat “Idzas samaa-un syaqqot” (Diriwayatkan oleh ‘Abdur Rozaq dan Ath Thohawiy dengan sanad yang shahih)

[Pilihan kedua] Jika ayat sajadah di ayat terakhir dari surat, maka cukup dengan ruku’ dan itu sudah menggantikan sujud.
Ibnu Mas’ud pernah ditanyakan mengenai surat yang di akhirnya terdapat ayat sajadah, “Apakah ketika itu perlu sujud ataukah cukup dengan ruku’?” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Jika antara kamu dan ayat sajadah hanya perlu ruku’, maka itu lebih mendekati.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih)

[Pilihan ketika] Jika ayat sajadah di ayat terakhir di suatu surat, ketika membaca ayat tersebut, lalu sujud tilawah, kemudian bertakbir dan berdiri kembali, lalu dilanjutkan dengan ruku’ tanpa ada penambahan bacaan surat.
Dari tiga pilihan di atas, cara pertama adalah yang lebih utama. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, 453-454)

Bagaimana Jika Membaca Ayat Sajadah Di Atas Mimbar?

Jika ayat sajadah dibaca di atas mimbar, maka dianjurkan pula untuk melakukan sujud tilawah dan para jama’ah juga dianjurkan untuk sujud. Namun apabila sujud itu ditinggalkan, maka ini juga tidak mengapa. Hal ini telah ada riwayatnya sebagaimana terdapat pada riwayat Ibnu ‘Umar yang telah lewat.

Di Mana Sajakah Ayat Sajadah?

Ayat sajadah di dalam Al Qur’an terdapat pada 15 tempat. Sepuluh tempat disepakati. Empat tempat masih dipersilisihkan, namun terdapat hadits shahih yang menjelaskan hal ini. Satu tempat adalah berdasarkan hadits, namun tidak sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi sebagian melakukan sujud tatkala bertemu dengan ayat tersebut. (Lihat pembahasan ini di Shahih Fiqih Sunnah, 1/454-458)

Sepuluh ayat yang disepakati sebagai ayat sajadah

1. QS. Al A’rof ayat 206
2. QS. Ar Ro’du ayat 15
3. QS. An Nahl ayat 49-50
4. QS. Al Isro’ ayat 107-109
5. QS. Maryam ayat 58
6. QS. Al Hajj ayat 18
7. QS. Al Furqon ayat 60
8. QS. An Naml ayat 25-26
9. QS. As Sajdah ayat 15
10. QS. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS. Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)

Empat ayat yang termasuk ayat sajadah namun diperselisihkan, akan tetapi ada dalil shahih yang menjelaskannya

1. QS. Shaad ayat 24
2. QS. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
3. QS. Al Insyiqaq ayat 20-21
4. QS. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)

Satu ayat yang masih diperselisihkan dan tidak ada hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Nabi) yang menjelaskannya, yaitu surat Al Hajj ayat 77.
Banyak sahabat yang menganggap ayat ini sebagai ayat sajadah semacam Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Ibnu Mas’ud, Abu Musa, Abud Darda, dan ‘Ammar bin Yasar.

Ibnu Qudamah mengatakan,

لَمْ نَعْرِفْ لَهُمْ مُخَالِفًا فِي عَصْرِهِمْ ، فَيَكُونُ إجْمَاعًا
“Kami tidaklah mengetahui adanya perselisihan di masa sahabat mengenai ayat ini sebagai ayat sajadah. Maka ini menunjukkan bahwa para sahabat telah berijma’ (bersepakat) dalam masalah ini.” (Al Mughni, 3/88)

Demikian pembahasan mengenai sujud tilawah. Semoga risalah ini bisa menjadi ilmu bermanfaat bagi kita sekalian. Ya Allah, berilah manfaat terhadap apa yang kami pelajari, ajarilah ilmu yang belum kami ketahui dan tambahkanlah selalu ilmu kepada kami.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***
Al Faqir Ilallah: Muhammad Abduh Tuasikal - http://rumaysho.wordpress.com/
Selesai disusun di Panggang, Gunung Kidul, rumah mertua tercinta, 20 Jumadits Tsani 1430 H

BIRRUL WALIADIN


BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)

Berbakti pada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban yang sangat luhur dan mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala seringkali menyandingkan perintah berbakti pada orang tua dengan perintah mengesakan-Nya. Ini menunjukkan agungnya hak kedua ibu bapak. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:
اَيُّ اْلأَعْماَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ؟ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ

“Amalan apa yang paling utama?” Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Mengerjakan shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Jihad fi sabilillah.”[1]

Birrul walidain kita buktikan dengan berusaha membalas jasa kedua orang tua kita meskipun tiada sebanding dengan jerih payah yang telah mereka berikan dalam mengasuh kita.

Dan berbakti kepada orang tua merupakan jalan menuju surga.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

“Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke dalam surga.”[2]

Abu Darda’ t berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

“Orang tua adalah bagian tengah pintu Jannah. Jika engkau mau silakan menyia-nyiakannya, jika tidak maka jagalah pintu itu.”[3]

Salah satu bukti kebaktian kita pada kedua orang tua adalah dengan mendoakan dan memohon ampunan bagi keduanya.

Sesungguhnya kedua orang tua kita sangat mengharapkan doa dan istighfar kita untuk mereka. Terlebih lagi bila keduanya sudah tiada. Doa seorang anak kepada orang tuanya merupakan bukti bahwa ia menyayangi kedua orang tuanya, mensyukuri kebaikan keduanya, atas segala jerih payah keduanya dalam mengasuh kita dengan tekun dan sabar, menghidupi kita sehingga tumbuh menjadi manusia yang dewasa. Semua itu harus kita syukuri dan berusaha untuk membalasnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqmaan: 14).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللهَ

“Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia juga tidak bersyukur kepada Allah.”[4]

Ingatlah, betapa besar jasa kedua orang tua dalam mengasuh kita. Khususnya, ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita dengan susah payah, mengasuh dan membesarkan kita tanpa rasa bosan dan jenuh. Ayah yang telah banting tulang mencari nafkah, tak kenal lelah siang dan malam. Keduanya dengan sabar mengurus segala kebutuhan kita. Maka dari itu, Rasulullah e menjadikan ridha keduanya sebagai tanda keridhaan Allah atas seorang hamba.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
رِضَى اللهِ فِي رِضَاءِ الوَالِدِ وَ سَخَطُ اللهِ فِي سَخَطِ الوَالِدِ

“Ridha Allah pada ridha orang tua dan kemarahan Allah pada kemarahan orang tua.”

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan hal itu kepada kita dalam firman-Nya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.” (QS. Luqmaan: 14).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang kebaktian Nabi Isa ‘Alaihis Salam kepada ibunya:

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).

Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menempatkan durhaka pada orang tua termasuk salah satu dosa besar sesudah syirik. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثًا؟ قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّور

“Maukah kalian aku tunjukkan tiga dosa yang terbesar?” Kami berkata: “Tentu saja ya Rasulullah.” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar lalu beliau duduk dan berkata: “Ketahuilah dosa perkataan palsu dan persaksian palsu.”[5]

RENUNGAN KEMATIAN

INGAT KEMATIAN!


Meskipun demikian, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan. Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan mengerikan. Dalam buku Mizan al-'Amal, Imam Ghazali menjelaskan beberapa alasan mengapa manusia takut terhadap kematian....

----------

Kematian merupakan kepastian. Tak seorang pun dapat menghindar dan
melepaskan diri dari cengkeramannya. Firman Allah SWT, ''Katakanlah:
Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata.'' (Al-
Jum'ah: 8).

Meskipun demikian, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat
takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan.
Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan
mengerikan. Dalam buku Mizan al-'Amal, Imam Ghazali menjelaskan
beberapa alasan mengapa manusia takut terhadap kematian. Pertama,
karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama
lagi. Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai,
termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan
susah payah. Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti
apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia
lakukan.

Walhasil, manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan
tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya.
Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba
ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca
istirja': ''Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.'' Namuan, istirja'
yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-
benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh. Jadi,
kalau demikian, agar tidak alergi dan fobia dengan kematian, manusia,
menurut Ghazali, harus sering-sering ingat kematian sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, ''Perbanyaklah olehmu mengingat kematian, si
penghancur segala kesenangan duniawi.'' (HR Ahmad).

Menurut Ghazali, ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan.
Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan
kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qona'ah) dengan apa yang
dicapainya sekarang, serta tidak akan menghalalkan segala cara untuk
memenuhi ambisi pribadinya. Kebaikan lain, manusia bisa lebih
terdorong untuk bertobat alias berhenti dari dosa-dosa, baik dosa
besar maupun dosa kecil. Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa
lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk
kebaikannya di akhirat kelak. Dengan berbagai kebaikan ini, orang-
orang tertentu seperti kaum sufi tidak takut dan tidak gentar
menghadapi kematian. Mereka justru merindukannya, karena hanya lewat
kematian mereka dapat menggapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya,
yaitu berjumpa dengan Allah dalam ridha dan perkenan-Nya.

Inilah anugerah dan kabar gembira dari Allah kepada mereka. Firman-
Nya, ''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah
Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka seraya berkata, 'Janganlah kamu merasa takut
dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan
surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'.'' (Fushshilat: 30).

BANTAHAN ORANG TUA NIKE ARDILLA TERHADAP ISU NEGATIF


Orang Tua Si Neng Membantah,”Saya yakin Nike tidak seperti itu.”

Sebuah media cetak Ibu Kota menulis,Nike Ardilla dan kawan-kawannya menenggak obat sebelum terjadi kecelakaan yang menewaskan artis belia itu.Keluarga Nike pun angkat bicara, “Itu Cuma penafsiran si penulis! “, Selain keluarga Nike,beberapa pihak lain juga merasa dipojokkan.Apa komentar mereka?

“Ya Allah,Nike mau minta tolong mudah-mudahan Nike sukses dalam karier dan kehidupan Nike.Nike tahu,Nike banyak dosa.Semoga Alah maafin Nike.Nike sekarang udah punya cowok baru.Mudah-mudahan Nike ada di dekat Allah dan Allah ada di dekat Nike dan keluarga Nike.Amien….. Kalau ada orang yang mau jahat pada Nike,tolong dong lindungin Nike.Nike takut banget. Sumpah,Nike sekarang sedang tidak punya uang.Berilah Nike pekerjaan dan rezeki yang banyak…yach…yach? Gimana si doi lagi marah ama gue,ya nggak?………….”

Itulah sebagian catatan curahan hati Nike Ardilla yang ia tuliskan diatas selembar kertas.Isinya rata-rata berupa pengaduan dari berbagai masalah yang dihadapinya.Dari soal kehilangan cincin,sampai soal cinta.Semuanya tanpa tanggal dan hari.Yang menarik..Nike selalu mengadu kepada Tuhan. Dari situ bisa diketahui, si Neng sebetulnya ingin selalu berada dekat dengan Tuhan.Ini sejalan dengan ucapan Ny.Nining,ibunda Nike, ” Si Neng itu taat sembahyang.
Kalau punya persoalan apa pun,dia lebih senang mencurahkannya di buku harian.Mungkin,karena dia tidak ingin kami ikut susah.”Atas dasar itu pula,keluarga Nike merasa kecewa,karena masih ada saja media massa yang mengorek-ngorek keburukan Nike.

Belum lagi air mata ini kering,sudah ada yang menulis,Nike dan teman-temannya menenggak pil di Kintamani Restaurant & Cafe sebelum terjadi kecelakaan yang menewaskan dirinya.Malah,perselisihan Nike dengan beberapa rekannya beberapa waktu lalu,dikatakan karena masalah ganja. “Saya yakin si Neng tidak seperti itu,memakai obat-obatan terlarang.Kalau pun ada berita buruk soal putri kami,itu Cuma penafsiran si penulis saja,” Sanggah ayah Nike.Ditambahkannya,Nike sering dikawal ibunya tiap rekaman atau show,sehingga kecil kemungkinan Nike melakukan perbuatan menyimpang itu. ” Lagi pula sejak kecil,saya selalu memberi bekal agama yang kuat pada si Neng.” Ny.Nining membenarkan penuturan suaminya.

“Biasanya saya selalu mengantar si Neng ke mana pun dia pergi.Baru dua bulan terakhir ini saja,saya terpaksa tidak ikut.Karena rata-rata si Neng syuting di luar kota,” tuturnya lirih. “Kalau pun lepas dari pengawasan,apa iya.waktu dua bulan itu cukup untuk mengubah Nike menjadi berani berbuat seperti itu? Rasanya tidak.” Sekalipun berada di luar kota, Si Neng selalu menelpon kami atau kirim faksimili.Secapek apa pun dia.Jadi,komunikasi selalu terjalin,” tambah Ny.Nining.

Pemberitaan itu juga disesalkan Alan,salah satu kakak Nike, ” Kami betul-betul heran.Orang sudah meninggal kok masih dipojokkan,” ujar Alan mengaku sangat berang membaca tulisan itu. “Tapi setelah membaca imbauan Dewan Kehormatan PWI di koran agar media massa tidak menulis yang berlebihan soal Nike,saya memilih menyerahkan semuanya pada Yang Di Atas.”

Bahwa Nike tidak dalam keadaan teler sesaat menjelang kepergiannya,juga ditegaskan Iqbal,Manager Bar & Restaurant Kintamani.Ia menyayangkan pemberitaan yang menyebut nama restaurantnya sebagai ajang pesta obat Nike dan kawan-kawannya. “Yang saya sayangkan,kenapa kami tidak dimintai konfirmasi.Padahal,sudah jelas sama sekali mereka tidak minum pil atau mabuk-mabukan.Pesanannya pun, 2 bubur ayam,3 orange juice,1 draft beer (beer ini kalo ga salah diminum temennya Nike,critanya Nike nraktir temennya yg kebetulan ketemu di situ -Red–),nasi goreng,dan 8 aqua gelas,” kata Iqbal kesal.

Iqbal menjelaskan,sekitar pulul 04:00 rombongan Nike tiba di restaurantnya ,” Mereka di sini sekitar satu jam.Saya tahu persis,karena saya tugas malam.Wajah Nike memang kelihatan letih.Tapi saya pikir itu wajar,karena mereka mungkin habis bepergian.Sedangkan tingkah teman-teman Nike juga tampak wajar saja.Seingat saya,selain Atun,enam teman Nike lainnya cowok semua,” tutur Iqbal.

Masih cerita iqbal,pagi itu Nike dan kawan-kawannya mengambil tempat di lantai bawah. “Biasanya sih,dia ke lantai dua karena ada fasilitas karaoke.Tapi tumben,kali itu tidak.Saya masih ingat ketika menyalakan lampu lantai bawah yang tadinya sudah kami matikan.Saat itu Nike sempat bercanda,”nyala lampunya kok kayak petir….”

Tempat duduk rombongan Nike,lanjut Iqbal,cukup jauh dari kamar mandi. “Jadi kalau ada yang menulis pembagian obat itu dilakukan di kamar mandi,emnurut saya nggak benar.Sebab,kalau memang itu yang mereka lakukan,pasti saya melihat mereka bolak-balik ke kamar mandi.Tapi saat itu,tak satu pun di antara mereka yang ke kamar mandi.Saya bersedia kok dijadikan saksi kalau memang diperlukan,”tandasnya.

Posted on on September 20th, 2008 in Gosip Seputar Nike Adilla | 11 Comments »
Selesaikah Kasus Bintang?

Selain menuntaskan kasus kecelakaan yang dialami almarhumah Nike Ardilla,pihak kepolisian dan kejaksaan sebenarnya masih menangani perkara tuduhan penganiayaan yang dilontarkan kepada sang bintang itu dikala ia masih hidup. Namun berhubung Nike Ardilla telah tiada,maka secara hukum segala tuntutan yang bersifat pidanya kepada dirinya,gugur atau batal dengan sendirinya.


Kapolresta Bandung Tengah Let.Kol.Pol. Ade Rahardja maupun Kajari Bandung,menegaskan penyidikan kasus Nike Ardilla tidak akan diteruskan ke meja hijau dan dianggap selesai. “Berhubung Nike telah meninggal dunia,maka dengan sendirinya tuntutan hukum yang akan dijatuhkan kepada artis ini di pengadilan otomatis gugur dengan sendirinya,” kata sebuah sumber di kejaksaan Negeri Bandung.

Nike terdaftar sebagai tersangka sehubungan dengan kasus penagniayaan dan obat-obat terlarang.Perkaranya kini sudah masuk PK-1. Waktu itu penyidikan perkara itu oleh polisi dimulai tanggal 24 Desember 1994,namun pada tanggal 6 Januari 1995 berkas perkara yang sudah diserahkan kepada kejaksaan itu dikembalikan lagi kepada pihak kepolisian,karena masih ada kekurangan-kekurangan dan hingga sekarang belum diserahkan lagi kepada Kejaksaan Negeri Bandung.
Demikian hingga saat ini nama baik Nike masih tetap bersih dan dianggap tidak bersalah,ujar Himawan Keswara.SH.(Kassie Tindak Pidana Umum).

Nike Ardilla tentang kasusnya

Kasus penganiayaan yang dituduhkan kepada almarhumah Nike Ardilla itu,sebenarnya muncul menurut Nike (ketika ia masih hidup) sudah selesai. Ia kaget ketika tiba-tiba koran-koran di Bandung dan Jakarta memuat berita bahwa berkas perkara itu katanya sudah dilimpahkan dari Polda Jawa Barat ke Kejaksaan Negeri Bandung,tutur Nike kepada Tabloid Nova tanggal 28/11/1994 beberapa tahun yang lalu

“Saya kaget sekali sewaktu diberitahu kakak saya.Begitu pula waktu saya membaca berita di koran Jakarta,” tutur Nike. Dikatakan Nike,ia sendiri sudah nyaris melupakan kejadian itu.”Peristiwanya kan sudah lama terjadi,dan waktu itu juga masalahnya sudah selesai kok,” cetusnya setengah tak percaya.

Kendati demikian, penyanyi dan bintang sinetron terkenal ini tak keberatan menceritakan kembali peristiwa itu. “Kejadian memang betul bulan April tahun 1994 yang lalu,ketika saya sedang jalan-jalan ke Singapura,”katanya. Saat itulah lanjut Nike,”Saya dengar kabar dari kawan-kawan saya,kartu ATM saya diambil Dewi.” Dewi ini menurut Nike adalah kawan dekatnya. “Kampusnya dekat rumah saya di Bandung.Jadi,ia sering mampir ke rumah.” Setelah itu Nike dapat kabar lagi kartunya sudah diambil balik sama Atun yang juga teman baik Nike.”Si Atun mengambilnya dari dompet Dewi,waktu dewi sedang mandi,”tuturnya.

Begitu Nike pulang ke Bandung dia pun menanyakan kebenaran cerita itu kepada Dewi,yang kebetulan sedang main ke rumah Nike. “Tapi dia nggak ngaku,padahal menurut Atun,kartu itu diambil dari dompetnya Dewi.Sebenarnya,saya sendiri juga nggak tahu,apa maksud Dewi mengambil kartu itu.Toh dia pun nggak bisa menggunakannya,” ujar Nike yang mengaku tak begitu mempermasalahkannya lagi

Saling tampar
Soal kartu masih belum kelar.Karena ternyata ada satu lagi kawan Nike,namanya Cika,yang kabarnya merasa kartunya diambil Dewi.Kebetulan berbarengan dengan kepulangan Nike.Cika meneleponnya.
“Dia bertanya apakah Dewi ada di rumah saya.Kayaknya sih Cika lagi kesal sama Dewi,dan ngomel nggak karuan.Jadi,saya suruh aja dia ngomong sendiri sama Dewi.” Tak lama kemudian,Dewi ditemani Atun dan Nike pergi ke rumah Cika.Dari situ,mereka bersama ke rumah Ria,yang juga teman Nike. Ternyata,di rumah Ria ini,Cika dan Dewi malah ribut. “Entah apa masalahnya,saya nggak tahu persis,” kata Nike.Mungkin,dugaannya,”termasuk juga soal kartu Cika yang diambil Dewi.”

Semula,Nike mengaku tak begitu ambil pusing. “Tapi lama-lama saya kok juga disangkut-sangkutin dalam pertengkaran itu.Dari situlah,saya jadi yakin,dibelakang saya Dewi sering menjelek-jelekkan nama saya,”papar Nike.

Diakui sebelumnya ia memang sudah sering mendengar omongan,Dewi sering menjelekan dirinya.Keributan Dewi-Cika,kata Nike ternyata makin seru.saking ramainya,”mereka berdua sampai saling tampar.” Melihat itu,Nike ikut kesal.Begitu emosinya,Nike spontan menegur Dewi,”Kamu ini gimana sih?Mau nggak kamu saya gampar?” Tak diduga-duga lanjut Nike,”Dewi langsung menjawab,digampar saja!”Makin panaslah Nike,tanpa sadar tangannya melayang ke pipi Dewi.”Tapi itu nggak keras.Namanya juga sama teman.Nggak ada bekasnya,kok.Lagi pula,saya kan sudah minta izin,kenapa dia ngasih?”

Pengaduan sudah dicabut
Sepulang dari rumah ria,Nike menganggapnya sudah kelar.Menurutnya semua itu hanya ribut-ribut anatara teman sepermainan. “Eh,tahu-tahu saya dipanggil polisi.Disana,saya pun terangin kejadian sebenarnya.Polisi malah Cuma tertawa,” tutur Nike.

Sepulang dari polisi,Nike pun menemui Dewi.”Saya tanya,kenapa bisa begitu? Ternyata kata Dewi,pengaduannya sudah dicabut.Yah sudah,kami pun baikan lagi.Malah,setelah itu,kami sudah jalan bareng lagi.Kami pun menganggap masalahnya sudah selesai.”

Karena itulah,lanjut Nike.”Nike kaget bukan kepalang ketika mengetahui kasus itu masih terus berlanjut.Rencananya sih,saya mau pulang ke bandung untuk mencari tahu,apa yang sebenarnya terjadi.Lagi pula,yang ribut pertama,kan bukan saya,tapi si Dewi dan Cika.Kok malah saya yang kena?Yah mungkin karena saya artis,jadi masalahnya kelihatan besar.”

Ketika ditanya bagaimana seandainya kasus ini berlanjut sampai ke pengadilan.Nike mengatakan,belum berfikir sejauh itu.” Nggak kebayang,saya musti berbuat apa.Tapi saya yakin kok,saya sama sekali nggak bersalah.Bukankah saya sudah minta izin sebelumnya?”tandas Nike sekali lagi.

Posted on on August 21st, 2008 in Gosip Seputar Nike Adilla | No Comments »
Nike Ardilla Dibunuh Arie Sigit???

Malam itu,penyanyi pop rock ini baru pulang dari pengambilan gambar sinetron “WARISAN” di Bogor,Jawa Barat.Tiba di bandung ia segera bergegas ke diskotik Studio East di Jalan Cihampelas yang sedang menyelenggarakan acara pemilihan Cover girl.Tapi rencana itu urung,karena acara sudah selesai.Dia belok ke Hotel Jayakarta dan baru kemudian ke diskotik “POLLO”.

Artis yang amat dipuja puja ABG ini pulang dini hari,menjelang fajar.Sebelum pulang,ia sempat makan bubur dan minum aqua.Nah,dalam perjalanan dari tempat ini,terjadi peristiwa nahas itu.
Meski laju kendaraannya tak sampai 50 Km per jam,mobil tak stabil.Ada dugaan ban mobilnya kurang beres.Di jalan R.E.Martadinata,Nike yang mengendarai sedan Honda Genio D 27 Ak menyalip satu mobil.Mendadak dari arah depan muncul mobil lain dengan kecepatan tinggi.Nike membanting stir kiri dan menabrak tembok.Ia meninggal di mobil yang ia kendarai…disebuah ujung malam…….

loreng.jpg

Tidak ada jalan lain:Nike kudu dihabisi.
Seperti cerita cerita yang sudah beredar.
Nike tak mampu mengendalikan mobilnya,ketika berpapasan
dengan mobil Taft yang melaju kencang.
Disinilah peran “orang”nya Arie:
Membuat Nike kaget dan menjebak mobil pada posisi yang sulit!!!

Dugaan orang,Nike tewas karena mabuk saat mengendarai mobilnya.Meski tidak ada hasil visum yang menguatkan,tetapi dari kabar yang beredar luas,ia memang tengah on berat saat mengendarai mobil.Bahkan ada media yang menulis,kemungkinan Nike terlalu banyak neken ekstasi sehingga over dosis.

Bagaimana hubungannya dengan Arie Sigit alias Cucu dari mantan presiden Soeharto ini?
Ini pengakuan dari beberapa triper yang cukup kenal dengan Nike.
Jauh sebelum kejadian,Arie Sigit naksir berat sama penyanyi ayu yang diorbitkan Deddy Dores ini.Berkali kali Arie merayu dan membujuk agar dia mau menjadi pacar atau simpanannya.Berulang-ulang pula,Nike menampiknya.

Arie diisukan naik pitam.Bagai kisah kisah mafioso (mafia kali yah artinya,itu lho…yg suka ada di film2 Andy lau…) yang melibatkan boss besar,kejadian ini harus diselesaikan.
Pendeknya Arie tidak bisa menerima gelora asmaranya ditolak mentah mentah oleh seorang mojang bau kencur itu. Maka dibuatlah skenario kecelakaan.Rencana ini memakan proses panjang.
Meski Nike menolak cintanya,tetapi soal obat dia ketagihan.Ada dugaan yang memperkenalkan Nike kepada pil gedek ini juga Arie.

Ringkas cerita:Tidak ada jalan lain,Nike kudu dihabisi.Seperti cerita cerita yang beredar,anak ini tak mampu mengendalikan mobilnya ketika berpapasan dengan mobil taft berwarna merah yang sedang melaju kencang.
Disibilah peran orangnya Arie:Membuat Nike kaget dan menjebak mobil pada posisi yang sulit.
Sampai sekarang,tak pernah ketahuan siapa yang mengemudikan kendaraan itu.Beda halnya dengan pengemudi yang hendak disalip oleh Nike.Ia malah sudah memberikan kesaksian kepada wartawan.
Sejak kejadian itu…..Nike pun tak bisa lagi melantunkan tembang tembang melankolisnya…..

Benarkah cerita miring itu?Memang sulit dilacak kebenarannya.Menurut sumber yang pernah dekat dengan Arie,kemungkinan besar cerita itu ada benarnya,”Semua orang di lingkugan sudah tahu.Lingkungan pergaulannya memang begitu,” kata sumber ini.
Arie sendiri mengaku sudah lama mendengar kabar burung itu.” Saya tak pernah memasuki bisnis obat obat terlarang dan terlibat dalam skenario kecelakaan itu.Sekarang orang sedang mengambil kesempatan memukul kami.Kadang kadang Eyang (Pak Soeharto),Bude (Mba Tutut…tau ga Mbak Tutut? pasti tau lah..itu lho,anak sulung Pak Harto…Julukannya “Ratu Jalan Tol“),sekarang giliran saya.Biar orang bicara apa saja.”

ATUN: “UNTUNG SAYA TIDAK KEHILANGAN IDENTITAS”

Sosok Sofiatun Wahyuni atau Atun,yang beberapa tahun lalu ( Thn.1995-an),selalu diuber uber wartawan.Atun jadi terasa “mahal” kala itu,karena ialah orang terakhir bersama Nike,sebelum Honda Genio D 27 Ak yang mereka tumpangi menamatkan hidup Nike.Waktu itu Atun yang jadi asisten pribadi almarhumah.

“Banyak wartawan yang cuman mengarang
cerita bohong demi kenaikan oplah
.Bahkan foto orang lain pun dipasang di cover
dan dinyatakan diri saya.Yang benar saja,” kenang Atun sinis.

Dimana Atun sekarang dan jadi apa setelah Nike “sang patron” sudah tak ada?
Gadis asal Yogyakarta bertubuh gemuk ini,memang masih tinggal di Bandung.Tapi hidupnya banyak berubah sejak 19 Maret 1995.” Saya sekarang belajar fotografi di jalan Riau,”Atun memberi tahu.Jelas sudah tak ada wartawan yang mencerewetinya dan tak ada lagi fotonya di media cetak.
Sepertinya Atun punya “harga” ketika berita mengenai Nike masih laku dijual,dan tidak diperdulikan ketika ada berita lain yang lebih hangat.

Menyesalkah Atun? ” Menyesal sih tidak,”jawab Atun dengan suara yang berat.Atun hanya mengherankan ketidak etisan banyak orang. “Sekarang saya tidak mengharap dianggap penting,cuma mengapa dulu mereka tega betul memburu saya tanpa memikirkan perasaan saya?” Atun mencoba menguraikan isi hatinya.Padahal dulu,Atun mengalami guncangan hebat.
Pertama,ia mengalami luka fisik dan baru selesai dirawat di RS.Santo Yusuf.Kedua,Atun masih belum percaya sahabatnya sudah meninggal dengan cara yang demikian tragis.Dalam kondisi selemah itu,Atun dikejar dan kemudian,karena banyak yang tak dapat menemuinya,Atun terpaksa harus membaca berita miring mengenai Nike yang dikaitkan dengan dirinya.

Meski banyak yang hingga kini tak berkenan dihatinya sehubungan dengan cara orang orang menghadapi kematian Nike,Atun Cuma bisa pasrah. “Untung saya tidak sampai kehilangan identitas,meski nama saya selalu diidentikan dengan nama Nike.Waktu itu seolah saya ada karena Nike.Padahal saya kan saya,punya kelebihan dan kekurangannya sendiri,” urai Atun.
Diluar keinginan dan tekadnya untuk mandiri sebagai Atun yang bukan sekedar orang terakhir di samping Nike,Atun mengakui peran besar Nike dalam dirinya.

“Susah membayangkan bagaimana Nike artis yang cantik
dan laris,mau berteman dengan saya
yang bukan dari golongannya.
Itulah kelebihan Nike:baik hati.
Apa sih yang ngak dia kasih ke saya dan teman teman,
meski kita nggak pernah minta?” tutur Atun.

Sekian lama bersahabat,baik Atun dan Nike tahu betul perangai masing masing.Tapi selalu ada saja pertengkaran.
” Nike paling benci kebiasaaan saya malas mandi.Pokoknya kalau saya belum masuk ke kamar mandi,dia akan mencereweti saya,sampai saya pusing dan akhirnya mau mandi juga,” kenang Atun.Soal malas mandi ini,Nike memang paling nyelekit.


Pernah saat jalan jalan,Nike memberikan uang kepada anak kampung yang berpenampilan kumuh. “Kamu harus mandi ya,biar bersih.Jangan kayak Atun…bau….,” kisah Atun sambil tertawa.

Atun yang malas mandi sehingga sering terlambat memenuhi jadwal,akhirnya sering dihadiahi jam tangan oleh Nike.” Sampai ada lima,supaya saya tidak ngaret,” tambah Atun.

Posted on on July 24th, 2008 in Gosip Seputar Nike Adilla | 14 Comments »
Cerita Miring Tentang Nike


Nike Ardilla :”Gue Nggak Munafik….”



Dalam suatu tajuk sebuah majalah hukum di Jakarta,tragedy yang menimpa penyanyi remaja yang bintangnya melangit,Nike Ardilla ,mengaitkan salah satu penyebabnya mungkin pengaruh alcohol atau obat-obatan.
Tanpa istirahat beberapa hari belakangan,ia langsung ke disko bersama-sama teman anak muda lainnya,yang tentu menapak kehidupan malam yang glamour disertai acara minum-minum dan melantai.

Sebagaimana dituturkan teman dekatnya Sofiatun,malam itu Nike memang hanya memesan orange juice,namun biasanya ia menenggak minuman Vodka,yakni sejenis minuman alkohol buatan Rusia. Malahan ada yang mengatakan bahwa di malam itu, Nike sudah mabuk berat akibat minum Cointreau, sejenis Liquor yang berkadar 40% dan bir. Bahkan yang lain memaparkan Nike memang akhir-akhir ini terbiasa oleh kehidupan bebas, bahkan dalam hal hubungan intim. Beberapa nama pemuda, Sandy Deny,Ary,dan Andra pernah menambat hati Nike.( Majalah Forum Keadilan No.26 Tahun III, 13 April 1995).

Dalam hubungan ini, majalah tersebut pernah mewawancarai Nike beberapa bulan sebelum peristiwa tragis itu terjadi. Nike ditemui disela-sela syuting sinetron Trauma Marisa di Bilangan Utan Kayu, Jakarta Timur.
Waktu itu wajah Nike nampak pucat dan suaranya serak. Katanya ia sedang flu dan sariawan.

Sri Raharti dari majalah Forum dalam awal pertanyaannya adalah sekitar hobby Keke ke diskotik.
Nike menjawab bahwa orang-orang yang mengatakannya itu adalah sirik saja. “Mentang-mentang Keke artis, terus Keke gak boleh main ke disko? Gue kan masih muda,” kilahnya.
Nike menolak tuduhan kalau ia pergi ke disko hampir tiap malam. Paling kalau lagi suntuk, stress sehabis syuting, ia main ke diskotik. “Buat ngilangin stress dan ketemu teman. Pokoknya cari suasana lain, Gue nggak munafik,” kata Nike.

Keke menjelaskan tentang suaranya nggak bagus lagi,gara-gara banyak merokok dan suka teler. Waktu ia manggung di Surabaya, dimana ia lagi batuk, jadi suaranya serak.
Tadinya ia mau menunda konser itu, tapi sudah kepalang dijual karcisnya, jadi terpaksa keke nyanyi. Memang suaranya nggak bagus, tapi bukan karena teler. “Enak saja orang bicara. Kalau Nike suka merokok, lantas dianggap melanggar hukum. Artis lain juga suka minum, merokok, kok nggak diomongin?”tangkisnya.

Hanya Tuhan Yang Tahu

Soal tidak pernah menjelaskan hal ini, Nike menganggap tidak perlu. Biarin orang bicara. “Yang tahu bagus jeleknya Keke, Cuma Tuhan. Soal orang-orang ngomongin yang nggak-nggak, emangnya Keke pikirin?”katanya. Nike merasa tidak terganggu dengan omongan itu, apalagi dengan karirnya. Buktinya tawaran sinetron tetap banyak. Dalam sinetron, Keke selalu mendapatkan peran sebagai orang yang baik. “Kali tampang gue tanpa dosa,” komentarnya terkekeh-kekeh.


Gaya Nike yang dianggap Vulgar

Menyinggung tentang gaya Keke di majalah Utusan Radio dan TV Malaysia (URTV) dianggap terlalu vulgar, Nike berkomentar, bahwa ia nggak begitu mengerti tentang tuduhan itu. Menurut Nike baju yang dipakai itu biasa-biasa saja. Nike pakai celana pendek. Biasanya juga kalau lagi show, Nike suka pakai kostum semacam itu. “Masa gara-gara pakai baju itu,saya terus dibilang Bom-Sex, ih.amit-amit!.”

Adapun banyak pose Keke yang nada berani di beberapa majalah,ia balik bertanya. “Memangnya nggak boleh? Namanya juga anak muda. Keke kan model, jadi harus professional. Kalau kita punya badan bagus kan wajar ingin menampilkannya sama orang lain. Kayak Marilyn Moenroe gitu, ha…ha…ha …,” katanya terbahak.

Keke memang suka banget dengan Marilyn Moenroe, bintang terkenal Hollywood yang tewas menenggak pil tidur berlebihan, ketika ia dalam puncak ketenarannya.
Dia menjadi idola Keke, sampai poster-posternya menyolok menghiasi kamar tidur Keke. Nike tidak pusing atas keberatan dari orang-orang karena pose-posenya tubuhnya yang dianggap menyolok . Malahan katanya, itu lebih bagus, sebab sudah lama ia tidak diomongin orang.

Pokoknya,ia katanya sudah bekerja keras dan bagus,juga nggak merugikan orang lain. Hasil yang didapat Nike dari karya-karyanya itu, ia belikan tanah dan mobil, ada juga tabungan. Yang menangani manajemen kegiatannya adalah ayahnya sendiri. Maunya Nike mencari manajer yang seperti di luar negeri. Tapi di Indonesia, nggak ada manajer kayak gitu katanya. “Kita yang kerja keras, mereka malah nyomotin hasilnya.”

Kalau karya-karya Nike sudah tidak laku lagi,berarti ia tidak popular lagi.Bila sudah demikian maka Nike akan kawin saja.

Sebenarnya Keke ingin sekolah lagi. “Maunya ngambil jurusan hukum, tapi katanya susah. Malah ada temen Keke yang saking kesalnya ngapalin buku, terus buku itu dibakar,hahahahhaha.”

Posted on on July 24th, 2008 in Gosip Seputar Nike Adilla | 1 Comment »
Tidak Benar Nike Lesbian

Kira-kira sepuluh menit sebelum musibah itu terjadi, Nike Ardila dengan tulus berkata kepada Sofiatun Wahyuni, bahwa ia ingin terus berduaan dengannya. Ungkapan ini dilontarkan Atun nama singkat Sofiatun kepada para wartawan yang menemuinya.Pengakuan serupa dikatakan juga oleh keluarga Nike maupun pihak kerabatnya Atun sendiri. Dari keterangan itu maka beredarlah tafsiran den komentar bahwa ada dugaan antara Nike dan Atun terjadi hubungan pribadi yang intim mengarah kepada perbuatan lesbi.

Benarkah antara Nike Ardila den Atun sebagai pasangan lesbian? Tanya HarianTerbit (24/3/1995). Isu santer di tengah-tengah masyarakat memang menyebutkan demikian. Namun kabar burung tersebut disangkal Ny. Eli Setyawati den Eddy Supriyadi (kakak Atun).
“Isyu tersebut tidak benar. Setahu saya Atun normal sebagai layaknya seorang wanita. Bahkan dia pernah pacaran dengan seorang lelaki bernama Heri, tapi kandas di tengah jalan,”.tutur Ny. Eli kepada Harian Terbit di rumahnya kawasan Perumnas Sarijadi, Bandung. la mohon dengan sangat agar masyarakat tidak memvonis Atun sebagai wanita lesbi, pintanya dengan lirih.
“Keluarga mereka berasal dari keluarga ABRI, bahkan ibu kandung Atun seorang anggota Polwan,” timpa Eddy.

Menurut Atun, Nike itu orangnya baik. Jiwa sosialnya tinggi, dia mudah bergaul dengan siapapun. Artinya kalau ia menyayangi Atun, itu adalah wajar, apalagi Atun itu sudah diangkatnya sebagai sekretaris pribadinya.

ATUN KAWAN AKRAB NIKE ARDILA

Siapakah sebenarnya si Atun, cewek Tomboy yang jadi saksi mata kecelakaan Nike Ardila? Pertanyaan itu dilontarkan mengingat Atun atau Sofiatun Wahyuni selama ini amat lengket dengan Nike Ardilla.
Nike kenal pertama dengan Atun kira-kira 3 tahun yang lalu (kira-kira tahun 1992). Yang mengenalkan waktu itu, adik sepupu Atun. Adiknya itu kebetuIan teman Nike satu kelas. Ketika itu, mereka sama-sama sekolah di SMA BPI Bandung.

“Waktu perkenalan pertama, saya senang sekali. Senang bukan karena Nike bintang tenar. Tapi, karena kepribadiannya yang baik itu. Dia tipe orang yang nggak mau pilih-pilih dalam berteman. Itulah yang membuat saya senang”, kenang Atun kepada sebuah majalah di Jakarta.
Sejak perkenalan itu hubungan Nike dengan gadis berpotongan rambut ala cowok ini kian akrab. Nike tak jarang menyuruh Atun datang ke rumah di Parakan Saat, Bandung. Sekalipun tujuannya sekedar ngobrol, Atun sendiri sering nongol di rumah Nike. Sampai akhirnya Nike minta Atun jadi Sekretaris pribadinya. Ketika itu, Atun baru lulus SMA. Maksudnya supaya surat-surat penggemarnya dan jadwal show dan syuting ada yang ngurusin.

Bukan cuma itu, Nike juga selalu mengajaknya ke manapun ia pergi. Maka, karena Nike, sehingga Atun pernah singgah di berbagai kota di tanah air ini. Semua itu karena jabatan Atun sebagai sekretaris pribadi Nike. Cuma sampai Nike tiada, Atun belum sempat diajak ke luar negeri. Padahal frekwensi Nike ke luar negeri boleh dibilang sering. Sebenamya Atun kepengen sekali ikut ke luar negeri. Kendalanya cuma ia tidak bisa berbahasa Inggris. Sayang belum sampai terwujud Nike sudah pergi.
Nike sendiri ternyata juga pengen sekali ngajak Atun. Menurut Atun, itu terbukti Nike pemah bilang kepadanya kalau ke luar negeri tanpa dia, perasaan Nike kurang srek. “Aku ingin bersamamu,” kata Nike yang ditirukan Atun.

Keluarga sederhana
Atun sebagai puteri bungsu (ketujuh) dari Suranto (54) dan Letda I Pol. Marsinem (52) adalah berangkat dari keluarga sederhana dan badannya subur. Selintas mirip Atun-nya sinetron Si Doel Anak sekolahan. Bukan saja badannya kayak cowok, namun suaranya berat seperti cowok.

Tempat tinggal Atun tak jauh dari Nike.. la hidup numpang di rumah kakaknya di Flat Sarijadi elok D lantai 2 No. 92, Bandung.Nike sering main di rumahnya Atun. Atun dan Nike memang seakan tak bisa dipisahkan. Sehingga wajar saja kalau banyak kenangan yang tentu sulit dilupakan Atun.

Kalau Nike pulang dari luar negeri, ia selalu membawa oleh-oleh buat Atun, seperti: parfum, pakaian, sepatu atau jam tangan.
Semua pemberian Nike itu masih disimpan baik, sebagai bukti kesetiaan persahabatan mereka. Semua hadiah itu tak pernah diminta Atun, Nike sendiri yang dengan ikhlas memberinya. Sejak jadi sekretaris pribadi Nike, pendapatan Atun cukup lumayan, meskipun ia tidak digaji tetap. “Waktu lebaran Atun diberikan uang sebesar Rp.600.000,” ungkap Atun.

Atun baru tahu kalau Nike telah meninggal dunia, dua hari setelah peristiwa itu terjadi. Yang memberitahu justru fans Nike, bukan dari keluarganya atau keluarga Nike. Mereka berusaha untuk menyimpan rahasia itu sampai Atun sehat benar. Mendengar berita ia kaget dan seakan tidak percaya. Lalu ia menangis.

Hari Rabu langsung ia nyekar ke pemakaman Nike Ardila di Ciamis. la seperti mimpi ketika berlutut di makam Nike. la telah kehilangan besar. Seorang sahabat atau kekasih, yah entahlah. Nike adalah menjadi bagian hidupnya, sehingga tidak bisa berpisah dengan sahabatnya itu.

Keakraban Atun dan Nike itulah yang menimbulkan isu-isu yang tidak enak. Perawakannya yang tomboy, kelaki-lakian menambah persangkaan orang bahwa ia bersifat lesbi. Padahal menurutnya, ia dididik dari keluarga militer. Ibunya seorang Polwan. Hal itu membuat ia berperawakan tegap seperti pria. “Saya bukan lesbi,” katanya sesenggukan, kepada setiap wartawan yang menanyainya.

Atun pun makin sedih dengan beban yang dipikulnya. Sudah hilangnya seorang sahabat dekatnya, ia pun dituduh yang macam-macam. “Tolong beri saya ketenangan. Saya masih berduka,” pintanya kepada mereka yang ingin mengetahui hubungannya dengan almarhumah Nike Ardila.

Karangan bunga, corat-coret,
puisi dan isak tangis,
adalah gambaran nyata,
betapa Si Bintang Keke
meninggalkan goresan duka yang mendalam.
Tak cuma keluarga yang kehilangan.